Pesan dari Gus Achmad Shampthon Masduqi tentang Adab Makan.
Dulu dikeluarga kami ada istilah
"potokcetok" upo sitok cethol sithok, sebagai ancaman dari Abah kalau
putra-putri tidak menghabiskan makanan akan dicubit, setiap butir nasi satu
cubitan. setiap kali mengambil nasi abah umi selalu memperhatikan, kalau
kebanyakan selalu ditegur, "kau boleh nambah berapapun, tapi ambil
sedikit2, jangan tamak"
Dalam kesempatan pengajian : Habib
Sholeh Ibn Ahmad
Ibn Salim Alaydrus
beliau menyatakan: "sebutir nasi yang kau sia-siakan, jangan dianggap
enteng, Allah akan menuntut hisabnya mengapa kau sia-siakan."
Tadi malam, saya mendapat kiriman
via whatsapp catatan seperti ini :
Copas dari tetangga Facebook: Jerman
adalah sebuah negara industri terkemuka. Di negara seperti ini, byk yg mengira
warganya hidup foya2. Ketika saya tiba di Hamburg, saya bersama rekan-rekan masuk
ke restoran. Kami lihat banyak meja kosong. Ada satu meja dimana sepasang anak
muda sedang makan. Hanya ada 2 piring makanan dan 2 kaleng minuman di meja mereka.
Saya bertanya dalam hati apa hidangan yang begitu simple dpt disebut romantis dan
apa si gadis akan meninggalkan si pemuda kikir tersebut? Kemudian ada lagi beberapa
wanita tua di meja lainnya. Ketika makanan dihidangkan, pelayan membagi makanan
tersebut dan mereka menghabiskan tiap butir makanan yg ada di piring mereka.
Karena kami lapar, rekan kami pesan lebih banyak makanan. Saat selesai, tersisa
kira-kira sepertiganya yg tidak dapat kami habiskan di meja. Begitu kami hendak
meninggalkan restoran, wanita tua yang dari meja sebelah berbicara pada kami dalam
bhs Inggris, kami dan teman-teman paham bahwa mereka tidak senang kami me-mubazir-kan
makanan, lalu temanku berkata kepada wanita tua itu : "Kami yang bayar
kok, bukan urusan kalian, berapa banyak makanan yg tersisa", Wanita-wanita
itu meradang. Salah satunya segera mengeluarkan HP dan menelpon seseorang, sebentar
kemudian seorang lelaki berseragam Sekuritas Sosial pun tiba. Setelah mendengar
tentang sumber masalah pertengkaran, ia menerbitkan surat denda Euro 50 (kira2
denda Rp. 750.000) pada kami. Kami semua terdiam.. Petugas berseragam tersebut
berkata dengan suara yg galak, :“PESAN HANYA YANG SANGGUP ANDA MAKAN, UANG ITU
MILIKMU TAPI SUMBER DAYA ALAM INI MILIK BERSAMA. ADA BANYAK ORANG LAIN DI DUNIA
YANG KEKURANGAN. KALIAN TIDAK PUNYA ALASAN UNTUK MENSIA-SIAKAN SUMBER DAYA ALAM
TERSEBUT.” Pola pikir dari masyarakat di negara makmur tersebut membuat kami
semua malu bener, KAMI SUNGGUH HARUS MERENUNGKAN HAL INI. Kita ini dari negara
yang tidak makmur-makmur amat. Untuk gengsi, kita sering pesan banyak dan
sering berlebihan saat menjamu orang. PELAJARAN INI MENGAJARI KITA UNTUK SERIUS
MENGUBAH KEBIASAAN BURUK KITA. “MONEY IS YOURS BUT RESOURCES BELONG TO THE
SOCIETY.” Jadi kawan-kawan, mari mulai mengurangi pemubadziran, karena
"uang memang milikmu, tapi ... " sumber daya alam itu milik bersama
KITA BISA MEMILIH, MENGGUNAKAN
ALASAN AGAMA ATAU RASIO YANG PASTI KESIMPULANNYA SAMA... "JANGAN TAMAK,
AMBIL YANG KAU MAMPU HABISKAN SAJA"