Kamis, 16 April 2015

upo sitok cethol sithok




 Pesan dari Gus Achmad Shampthon Masduqi tentang Adab Makan.



 Dulu dikeluarga kami ada istilah "potokcetok" upo sitok cethol sithok, sebagai ancaman dari Abah kalau putra-putri tidak menghabiskan makanan akan dicubit, setiap butir nasi satu cubitan. setiap kali mengambil nasi abah umi selalu memperhatikan, kalau kebanyakan selalu ditegur, "kau boleh nambah berapapun, tapi ambil sedikit2, jangan tamak"

Dalam kesempatan pengajian : Habib Sholeh Ibn Ahmad Ibn Salim Alaydrus beliau menyatakan: "sebutir nasi yang kau sia-siakan, jangan dianggap enteng, Allah akan menuntut hisabnya mengapa kau sia-siakan."
Tadi malam, saya mendapat kiriman via whatsapp catatan seperti ini :

Copas dari tetangga Facebook: Jerman adalah sebuah negara industri terkemuka. Di negara seperti ini, byk yg mengira warganya hidup foya2. Ketika saya tiba di Hamburg, saya bersama rekan-rekan masuk ke restoran. Kami lihat banyak meja kosong. Ada satu meja dimana sepasang anak muda sedang makan. Hanya ada 2 piring makanan dan 2 kaleng minuman di meja mereka. Saya bertanya dalam hati apa hidangan yang begitu simple dpt disebut romantis dan apa si gadis akan meninggalkan si pemuda kikir tersebut? Kemudian ada lagi beberapa wanita tua di meja lainnya. Ketika makanan dihidangkan, pelayan membagi makanan tersebut dan mereka menghabiskan tiap butir makanan yg ada di piring mereka. Karena kami lapar, rekan kami pesan lebih banyak makanan. Saat selesai, tersisa kira-kira sepertiganya yg tidak dapat kami habiskan di meja. Begitu kami hendak meninggalkan restoran, wanita tua yang dari meja sebelah berbicara pada kami dalam bhs Inggris, kami dan teman-teman paham bahwa mereka tidak senang kami me-mubazir-kan makanan, lalu temanku berkata kepada wanita tua itu : "Kami yang bayar kok, bukan urusan kalian, berapa banyak makanan yg tersisa", Wanita-wanita itu meradang. Salah satunya segera mengeluarkan HP dan menelpon seseorang, sebentar kemudian seorang lelaki berseragam Sekuritas Sosial pun tiba. Setelah mendengar tentang sumber masalah pertengkaran, ia menerbitkan surat denda Euro 50 (kira2 denda Rp. 750.000) pada kami. Kami semua terdiam.. Petugas berseragam tersebut berkata dengan suara yg galak, :“PESAN HANYA YANG SANGGUP ANDA MAKAN, UANG ITU MILIKMU TAPI SUMBER DAYA ALAM INI MILIK BERSAMA. ADA BANYAK ORANG LAIN DI DUNIA YANG KEKURANGAN. KALIAN TIDAK PUNYA ALASAN UNTUK MENSIA-SIAKAN SUMBER DAYA ALAM TERSEBUT.” Pola pikir dari masyarakat di negara makmur tersebut membuat kami semua malu bener, KAMI SUNGGUH HARUS MERENUNGKAN HAL INI. Kita ini dari negara yang tidak makmur-makmur amat. Untuk gengsi, kita sering pesan banyak dan sering berlebihan saat menjamu orang. PELAJARAN INI MENGAJARI KITA UNTUK SERIUS MENGUBAH KEBIASAAN BURUK KITA. “MONEY IS YOURS BUT RESOURCES BELONG TO THE SOCIETY.” Jadi kawan-kawan, mari mulai mengurangi pemubadziran, karena "uang memang milikmu, tapi ... " sumber daya alam itu milik bersama
KITA BISA MEMILIH, MENGGUNAKAN ALASAN AGAMA ATAU RASIO YANG PASTI KESIMPULANNYA SAMA... "JANGAN TAMAK, AMBIL YANG KAU MAMPU HABISKAN SAJA"