Jumat, 26 Juli 2013

Syech Maulana Malik Ibrohim Asmaraqandi



MAULANA MALIK IBRAHIM ASMARAQANDI, KETUA WALI SONGO PERIODE PERTAMA


Oleh: KH.Shohibul Faroji Al-Robbani

Maulana Malik Ibrahim Asmaraqandi, seorang sayyid keturunan Nabi Muhammad Saw, Penyebar Agama Islam di Indonesia yang berasal dari Turki. Dia merupakan Ketua Wali Songo Periode Ke-1. Atau disebut juga Wali Senior. Maulana Malik Ibrahim As-Samarkandy diperkirakan lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh awal abad 14.
Hubungannya dengan wali-wali yang lain adalah: [Maulana Ishaq adalah adik kandung Maulana Malik Ibrahim], [Sunan Santri/ Sayyid Fadhal ’Ali Murtadha adalah putra ke 1 dari Maulana Malik Ibrahim], [Sunan Ampel/ Sayid Fadhal ’Ali Rahmatillah adalah putra ke-2 dari Maulana Malik Ibrahim], [Sunan Ngudung/ Sayyid Utsman Haji adalah cucu Maulana Malik Ibrahim], [Sunan Bonang adalah cucu Maulana Malik Ibrahim], [Sunan Derajat adalah cucu Maulana Malik Ibrahim], [Sunan Giri adalah keponakan Maulana Malik Ibrahim] dan [Sunan Kudus/ sayyid Ja’far Shodiq adalah cicit dari Maulana Malik Ibrahim].
Nasab keluarga Maulana Malik Ibrahim yang lengkap dan benar adalah: Maulana Malik Ibrahim Asmaraqandi bin Husein Jamaluddin bin Ahmad Syah Jalaluddin bin 'Abdullah Khan bin Abdul Malik Azmatkhan bin 'Alwi 'Ammil Faqih bin Muhammad Shohib Mirbath bin 'Ali Khali Qasam bin 'Alwi Shohib Baiti Jubair bin Muhammad Maula Ash-Shaouma'ah bin 'Alwi Al-Mubtakir bin 'Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin 'Isa An-Naqib bin Muhammad An-Naqib bin 'Ali Al-'Uraidhi bin Imam Ja'far Ash-Shadiq bin Imam Muhammad Al-Baqir bin Imam 'Ali Zainal 'Abidin bin Imam Husain Asy-Syahid bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah Saw.
Maulana Malik Ibrahim Asmaraqandi adalah seorang mursyid dan ulama;, dia berguru kepada beberapa guru di antaranya Sayyid ’Ali bin ’Abdul Quddus, Syaikh ’Abdul Wahhab As-Sya’rani dan Syaikh Jalaluddin As-Suyuthi [Penulis Tafsir Jalalain].
Pusat dakwah Maulana Malik Ibrahim adalah desa Sembalo, sekarang adalah daerah Leran, Kecamatan Manyar, yaitu 9 kilometer ke arah utara kota Gresik. Ia lalu mulai menyiarkan agama Islam di tanah Jawa bagian timur, dengan mendirikan mesjid pertama di desa Pasucinan, Manyar.
Cara berdakwahnya adalah pertama-tama yang dilakukannya ialah mendekati masyarakat melalui pergaulan. Budi bahasa yang ramah-tamah senantiasa diperlihatkannya di dalam pergaulan sehari-hari. Dia tidak menentang secara tajam agama dan kepercayaan hidup dari penduduk asli, melainkan hanya memperlihatkan keindahan dan kabaikan yang dibawa oleh agama Islam. Berkat keramah-tamahannya, banyak masyarakat yang tertarik masuk ke dalam agama Islam.
Sebagaimana yang dilakukan para wali awal lainnya, aktivitas pertama yang dilakukan Maulana Malik Ibrahim ialah berdagang. Ia berdagang di tempat pelabuhan terbuka, yang sekarang dinamakan desa Roomo, Manyar. Perdagangan membuatnya dapat berinteraksi dengan masyarakat banyak, selain itu raja dan para bangsawan dapat pula turut serta dalam kegiatan perdagangan tersebut sebagai pelaku jual-beli, pemilik kapal atau pemodal.
Setelah cukup mapan di masyarakat, Maulana Malik Ibrahim kemudian melakukan kunjungan ke ibukota Majapahit di Trowulan. Raja Majapahit menerima Maulana Malik Ibrahim sebagai Penasehat Kerajaan Majapahit., bahkan memberikannya sebidang tanah di pinggiran kota Gresik sebagai prestasi yang dilakukan oleh maulana Malik Ibrahim bagi kemajuan Kerajaan Majapahit. Wilayah itulah yang sekarang dikenal dengan nama desa Gapura. Cerita rakyat tersebut diduga mengandung unsur-unsur kebenaran; mengingat menurut Groeneveldt pada saat Maulana Malik Ibrahim hidup, di ibukota Majapahit telah banyak orang asing termasuk dari Asia Barat.
Demikianlah, dalam rangka mempersiapkan kader untuk melanjutkan perjuangan menegakkan ajaran-ajaran Islam, Maulana Malik Ibrahim membuka pesantren-pesantren yang merupakan tempat mendidik pemuka agama Islam di masa selanjutnya. Hingga saat ini makamnya masih diziarahi orang-orang yang menghargai usahanya menyebarkan agama Islam berabad-abad yang silam. Setiap malam Jumat Legi, masyarakat setempat ramai berkunjung untuk berziarah. Ritual ziarah tahunan atau haul juga diadakan setiap tanggal 12 Rabi'ul Awwal, sesuai tanggal wafat pada prasasi makamnya. Pada acara haul biasa dilakukan khataman Al-Quran, mauludan (pembacaan riwayat Nabi Muhammad), dan dihidangkan makanan khas bubur harisah.
Keahlian Maulana Malik Ibrahim adalah sebagai Ahli Tata Negara, bahkan Ia adalah salah satu dari Penasehat Kerajaan Majapahit. Di samping itu dia juga ahli dalam bidang pengobatan dan pertanian. Dia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam. Ia merangkul masyarakat bawah, dan berhasil dalam misinya mencari tempat di hati masyarakat sekitar yang ketika itu tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara.
Selain itu, ia juga sering mengobati masyarakat sekitar tanpa biaya. Sebagai tabib atau dokter, diceritakan bahwa ia pernah diundang untuk mengobati istri raja yang berasal dari Champa [Sekarang Muangthai].
Setelah selesai membangun dan menata pondokan tempat belajar agama di Leran, tahun 1419 Maulana Malik Ibrahim wafat. Makamnya kini terdapat di desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur.
Inskripsi dalam bahasa Arab yang tertulis pada makamnya adalah sebagai berikut:
Ini adalah makam almarhum seorang yang dapat diharapkan mendapat pengampunan Allah dan yang mengharapkan kepada rahmat Tuhannya Yang Maha Luhur, guru para pangeran dan sebagai tongkat sekalian para Sultan dan Wazir, siraman bagi kaum fakir dan miskin. Yang berbahagia dan syahid penguasa dan urusan agama: Malik Ibrahim yang terkenal dengan kebaikannya. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan ridha-Nya dan semoga menempatkannya di surga. Ia wafat pada hari Senin 12 Rabi'ul Awwal 822 Hijriah.
Saat ini, jalan yang menuju ke makam tersebut diberi nama Jalan Malik Ibrahim.
Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia. Khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat "sembilan wali" ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar