Catatan dari Arifin Mufti.
CAHAYA DIATAS CAHAYA.
“
Cahaya (An Nuur) merupakan salah satu judul Surah atau Bab pada Kitab
Mulia. Ia memiliki makna ganda, baik metafora sebagai “cahaya pembimbing
kepada Tuhan-Nya”, juga bermakna sebagai spektrum cahaya pada fisika.
Kalimat khusus - cahaya diatas cahaya - adalah perumpamaan ajaib, yang
memberi isyarat akan fenomena Quasi Stellar, obyek yang paling terang di
Jagad Raya."
Jum'at, 01 Oktober 2010
22 Syawal, 1431 H
Klasifikasi: Rumit. Versi: Indonesia
Liburan
hari Raya Idul Fitri yang baru lalu, saya sempat membaca kembali
bukunya Janna Levin seorang penulis wanita muda, astronom, berupa –
‘diary of a finite time in a finite space”. Bukunya sangat inspiratif, terutama gaya penulisaannya. Judul aslinya,
“How The Universe Got It Spots”.
Karena buku ini, saya teringat fenomena Quasi Stellar yang diisyaratkan
dalam Kitab Mulia, pada surah an Nuur, atau jika diterjemahkan menjadi
“The Light” atau Cahaya.
Namun , tiba-tiba hard disc
komputer PC saya bermasalah, sehingga tertunda penulisannya – padahal
data semua ada disana. Baru sekarang dapat diselesaikan, ditulis ulang,
setelah diminta sejumlah teman.....:D .
Sebagaimana
diketahui, Kitab Mulia terdiri dari 114 bab atau Surah. Judulnya sangat
beragam dan ‘aneh’, bagi orang awam. Diantaranya ada Besi atau
Ferum (al Hadiid),
Araneae Arachnida atau Labah - labah (Al Ankabuut) dan
The Light
atau spektrum Cahaya (an Nuur). Ia memiliki arti ganda, baik metafora
sebagai ‘cahaya yang akan membimbing ke Tuhan-Nya’ maupun cahaya yang
diartikan pada disiplin ilmu Fisika modern, dengan kecepatan 300 x (10
pangkat 3) km per detik (About Time – Paul Davies, Penguin Books). Surah
ini ditempatkan pada posisi ke-24 dengan jumlah ayat sebanyak 64.
Diantara ayat yang menyebutkan cahaya, ada satu ayat yang sangat
populer, baik dikalangan sufi maupun fisikawan, yaitu pada ayat ke-35,
yang menyebutkan frase “cahaya diatas cahaya’, atau ‘
nuurun 'alaa nuurin”.
Kalimat,
“Tuhan membimbing kepada cahaya-Nya, bagi siapa saja yang dikehendaki”,
menjadi tema sentral kaum Tasawuf. Intinya, mengapa Tuhan membuat
perumpamaan dengan ‘misykat’, pelita dan minyak? Al-Ghazali menyebutkan
seperti yang dikutip dari tradisi Islam,
” Allah mempunyai tujuh
puluh ribu hijab (tirai penutup) cahaya dan kegelapan. Seandainya Ia
menyibakkannya, niscaya cahaya-cahaya wajah-Nya akan membakar siapa saja
yang memandang-Nya.”
Baik mari kita kembali ke ayat tersebut. Bagaimanapun juga, pembahasannya memerlukan pengetahuan astrofisika.
Lens Quasar “Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah
adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus (misykat), yang didalamnya
ada pelita besar. Pelita itu didalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan
bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan pohon
yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah
timur (sesuatu) dan dan tidak pula di sebelah barat (nya), yang
minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walauyun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis),
Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah
membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu.” (an-Nur 24 : 35).
Esensi
ayat ini adalah bahwa Tuhan adalah (satu-satunya) pemberi cahaya di alam
semesta tanpa sentuhan api. Namun menyangkut perumpamaan, para ahli
tafsir klasik menghadapi kesulitan untuk menjelaskan lebih rinci.
Dengan beberapa pengecualian mereka akan menjelaskan bahwa ‘misykat’ ,
atau suatu lubang yang tidak dapat ditembus, adalah lubang di
rumah-rumah untuk tempat lampu obor, yang ada di dinding rumah.
Sedangkan pohon (zaitun) yang dimaksud adalah pohon (zaitun) yang tumbuh
di bukit-bukit, sehingga sinar matahari dapat menyinari, baik pada saat
matahari terbit maupun matahari terbenam.
Ahli tafsir
modern, seperti Malik Ben Nabi, salah satu cendekiawan Islam dari
Prancis abad ke-20, menjelaskan bahwa misykat tersebut adalah lampu
bohlam: Pohon yang dimaksud adalah kawat wolfram yang berpijar karena
efek listrik tanpa disentuh api, dibungkus gelas kaca, untuk memantulkan
seluruh sinarnya ke segala arah sehingga dapat menerangi seluruh
ruangan. Lampu bohlam adalah sekat yang tak dapat ditembus, karena hampa
udara, tidak ada oksigen di sana. Namun bagaimanapun juga, belum dapat
menjelaskan ‘tidak di Timur dan tidak di Barat”. Apa lagi luas
lingkupnya juga terbatas, “tidak menggambarkan kekuasaan Tuhan”, Sumber
Metafisis Yang Tertinggi di Jagad Raya.
Quasar by HSTDalam
studi yang lebih mendalam tentang cahaya di langit oleh para
astrofisikawan, misalnya Mohamed Asadi di akhir abad ke-20, dalam
bukunya
The Grand Unifying Theory of Everything - perumpamaan ajaib (matsal) ayat tersebut lebih mendekati kepada fenomena Quasar dan
‘gravitasi efek lensa’
yang menghasilkan cahaya di atas cahaya. Quasar atau Quasi Stellar
adalah objek di langit yang ditemukan pertama kalinya pada tahun 1963.
Mereka mewakili objek yang paling terang di Alam Semesta, jauh lebih
terang dari cahaya Matahari atau Bintang manapun juga. Para astronom
menemukan bahwa objek “seperti bintang’ ini terletak sekitar 13 miliar
tahun cahaya dari Bumi. Objek ini tentunya mempunyai energi yang
besarnya sangat luar biasa supaya tetap terlihat dari sini. Energi
mereka berasal dari “pusat lubang hitam yang sangat masif”. Asadi
menjelaskan, Stellar mempunyai energi yang sangat luar biasa besarnya,
10.000 kali energi galaksi Bima Sakti kita.
Karakter pertama dari
ayat ini yaitu ‘misykat’ adalah “lubang hitam”, sedangkan karakter kedua
yaitu “pelita dalam kaca” adalah galaksi yang menghasilkan efek
gravitasi lensa seperti Quasar (pelita) yang terbungkus oleh kaca
(gelas). Coba simak keterangan Quasar oleh astronom NASA dalam situsnya.
(Pemerintahan Tuhan – Arifin Mufti, 2006).
“Efek
gravitasi pada galaksi, quasar yang jauh, serupa dengan efek lensa
sebuah gelas minum yang memantulkan sinar lampu jalan yang menciptakan
berbagai image (lapisan cahaya di atas cahaya)”
Energi
Quasar yang berasal (dicatu) dari lubang hitam, terjadi ketika
“bintang-bintang dan gas” dari galaksi terhisap di dalamnya. Karakter
lainnya yang disebut “pohon” oleh Kitab Mulia adalah sebutan yang tidak
lazim oleh para astronom yang menggambarkan galaksi sebagai
“pohon-pohon” yang terdiri dari bintang-bintang. Lihat saja istilah
diagram Hertzprung Russel, dalam buku
Timothy Ferris, The Whole Shebang, 1997.
Barangkali,
karakter lainnya yang menarik dari ayat di atas adalah pernyataan
“diterangi tanpa tersentuh oleh api”, suatu fenomena fusi nuklir yang
menghasilkan spektrum cahaya yang sangat terang, di mana di ruang
angkasa nyaris tidak ada oksigen untuk pembakaran. Bintang-bintang
memulai hidupnya dengan unsur kimia yang paling ringan, yakni hidrogen.
Gas berkontraksi, karena gravitasi, memanas; atom hidrogen ber tumbukan
dan membentuk helium, unsur yang lebih berat, ketika mengeluarkan
energinya. Energi inilah yang membuat objek “bintang- bintang” bersinar
tanpa “disentuh api’, energi ini juga yang memelihara keseimbangan
posisi bintang-bintang di alam semesta. Sepanjang pengetahuan manusia
yang ada sekarang, fenomena quasar inilah yang paling tepat untuk meng
gambarkan ayat di atas. Terlebih lagi perumpamaan dalam ayat tersebut:
“seakan-akan bintang yang bercahaya, berkilauan seperti mutiara”. Dalam
beberapa terjemahan, diungkapkan dengan ‘kilauan mutiara. Tetapi fakta
aslinya lebih terang dari sinar bintang, dan memang seperti “mutiara”
bila kita lihat dari foto-foto NASA yang ada, gemerlapan, sangat
menawan. Lebih dari 200.000 Quasar di Jagad Raya yang diketahui,
kebanyakan berdasarkan dari
Sloan Digital Sky Survey, direkam
menggunakan HST – Hubble Space Telescope di ruang angkasa. Mereka
terbentuk, diawal-awal lahirnya Alam Semesta. Quasar yang terlihat
sangat terang terletak pada arah peta langit 3C 273 dalam konstelasi
Gugusan Bintang Virgo.
Nah, sekarang pikirkanlah perkataan
Nabi diatas yang berhubungan dengan cahaya, ‘wajah Tuhan’, dan hijab!
Gambaran yang pas dan relevan. Di Jagad Raya yang luas ini, jika saja
Quasar berada jutaan tahun cahaya dari Bumi, dan bukan belasan miliar,
maka tidak ada satu mahluk hiduppun yang mampu bertahan di galaksi kita.
Boleh jadi, tidak ada galaksi Bima Sakti, karena terhisap kedalam
Lubang Hitam di Pusat Quasi Stellar, dimana bisa dipastikan akan lebih
dulu menguap terbakar oleh cahaya yang sangat kuat!
Dibawah ini, adalah terjemahan bebas ayat 35 Surah an-Nuur dari perspektif sains sebagai perumpamaan “cahaya di atas cahaya":
" Tuhan (pemberi) cahaya (kepada)
langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Tuhan, adalah seperti sebuah lubang
(hitam) yang tak tembus (misykat), yang di dalamnya ada Pelita besar
(quasar). Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca (efek gravitasi lensa dari
galaksi) itu seakan akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang
dinyalakan dengan pohon (galaksi yang dicatu oleh lubang hitam) yang
banyak berkahnya, (yaitu) pohon (galaks- galaksi) yang tumbuh tidak di
sebelah timur dan tidak pula di sebelah barat (nya), yang minyaknya
(fusi nuklir) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (efek gravitasi lensa), Tuhan membimbing kepada cahaya-Nya
siapa yang Dia kehendaki, dan Tuhan membuat perumpamaan-perumpamaan
bagi manusia,dan Tuhan Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Mengapa Surah Cahaya Ada Pada Posisi Ke-24?
Mengapa
susunan Surah ini diletakkan pada ututan ke-24. Padahal kalau melihat
kronologis turunnya wahyu, Surah ini termasuk belakangan - lima tahun
sebelum Nabi wafat - turun di Medinah tahun 627 M. Tentu saja pertanyaan
yang sulit dijawab bagi kebanyakan orang.
Kitab Mulia Kuno
Bukan suatu kebetulan bahwa judul Surah atau judul Bab juga memiliki
kode tertentu dalam mushaf (susunan) Kitab Mulia. Misalnya saja, Surah
Yusuf (Yoseph), ada pada posisi ke-12. Mudah dipahami, karena Yusuf
bersaudara jumlahnya ada 12 – anak dari Yakub as (Yakob). Paling bungsu
adalah Bunyamin atau Benyamin dalam bahasa Ibrani. Ini juga berhubungan
dengan mimpi Yusuf as yang melihat 11 planet sujud (berputar
mengelilingi) Bintang . Di kemudian hari, terbukti bahwa Bintang
tersebut adalah Yusuf as sebagai Raja Muda di Mesir Kuno, dan 11
saudaranya yang harus taat kepadanya. Ini terjadi pada Dinasti Kerajaan
Lama pada sejarah Mesir Kuno.
Human atau
al Insaan (manusia
modern) ditempatkan pada posisi ke-76 dalam Kitab Mulia. Belakangan
kita tahu bahwa manusia normal seperti kita ini memiliki 76 ruas tulang
jari kaki dan tangan. Baik kaki dan tangan, terdiri dari 19 ruas tulang
jari (kanan atau kiri). Jempol paling sedikit hanya 3 ruas tulang jari,
sedangkan jari lainnya, masing-masing 4 ruas tulang. Ruas tulang jari
tangan adalah 5 os.
Phalanges Manus (ujung depan) dan 14 os.
Digiti Phalanges Manus. Jari kakipun demikian, 5 os.
Phalanges Pedis (ujung depan) dan 14 os.
Digiti Phalanges Pedis (Ensiklopedia Medis)
.
Dengan demikian masing-masing jumlahnya 19. Bilangan 19 adalah kode
utama Kitab Mulia, bilangan prima. Bilangan eksklusif yang tidak dapat
dibagi oleh bilangan lainnya, kecuali oleh angka satu dan angka itu
sendiri.
Aneh! Tapi bukan kebetulan.
Lalu apa hubungan Cahaya dengan Surah nomor 24?
Angka 24 sendiri tidak ada makna apa-apa kecuali angka genap, angka biasa. Tetapi, sebagaimana dilaporkan oleh kelompok Studi
The Cordoba Centre,
bulan lalu. Angka 24 tersebut akan bermakna jika dijumlahkan dari nomor
surah 1 hingga nomor surah 24, atau: 1+2+3+4+5+........+21+22+23+24=
300. Dan, bilangan 300 adalah angka populer yang menunjukkan karakter
kecepatan cahaya dalam satuan ribu km/detik, atau 300 x (10 pangkat 3)
km per detik – yang biasa diajarkan pada tingkat sekolah menengah atas
di Indonesia dan perguruan tinggi sains!
Kripto 7.
Dapat
dibaca Notes saya yang lama-lama - Kitab Mulia pada umumnya menggunakan
kripto, berpasangan (pairs), 19, 11 dan 7. Ada surah dan ayat yang
menggunakan bilangan prima 13, tetapi sedikit - misalnya surah ke-13, Ar
Ra'du atau Guruh.
Berbeda dengan surah an Nuur, ia
dilindungi selain dengan bilangan prima 19, juga dengan bilangan prima
7. Puluhan struktur, menunjukkan kripto 7. Misalnya saja, yang
sederhana:
- Ayat 35 yang mencatat ‘cahaya diatas cahaya’,
terdiri dari 49 kata Arab, atau pasangan 7 x7 dan 196 abjad Arab,
atau empat pasangan 7, 4 x 7x7 . Kata ‘an Nuur” dalam bahasa Arab
juga disebut 7 kali dalam surah tersebut!! Lima kali di (Qs, 24:35)
dan dua kali di (Qs, 24:40).
- Kombinasi nomor Surah (24), jumlah
ayat (64) dan nomor ayatnya (35) adalah kripto 7.
Perhatikan: 24 64 35, atau 2 4 6 4 3 5 = 7 x 352505!
- Kombinasi
posisi jumlah Surah Kitab Mulia (114) dengan posisi surahnya, The
Light (24), juga kripto 7. Perhatikan: 1 1 4 2 4 atau 7 x 1632.
Struktur
yang lebih sukar, misalnya saja posisi ayat 35 dalam Surah an Nuur,
merupakan ayat yang ke – 2734. Mudah dihitung dari mulai surah pertama
Al Fatihaah/Pembuka 7 ayat, surah berikutnya Al Baqarah/Sapi Betina 286
ayat, dan seterusnya hingga surah an Nuur/Cahaya ayat ke 35.
Dijumlahkan, akan didapat 2734 ayat. Kita tahu jumlah ayat Kitab Mulia
seluruhnya 6236 ayat. Sekarang perhatikan kriptonya, dimulai dari jumlah
ayat seluruhnya: 6 2 3 6 2 7 3 4. Bilangan ini merapakan bilangan
kelipatan 7, atau 6 2 3 6 2 7 3 4 adalah 7 x 8 9 0 8 9 6 2.
Sangat
luar biasa bilangan tersebut, karena bolak-balik merupakan kripto 7.
Perhatikan, kita akan baca dari kanan kekiri: 4 3 7 2 6 3 2 6, atau 7 x 6
2 4 66 1 8.
Sekarang teman-teman dapat membayangkan
kerumitan susunannya. Mulai dari jumlah kata, jumlah abjad, jumlah
pengulangan kata an Nuur, posisi surah dan ayat, hingga jumlah ayat –
semua menggunakan kripto atau kode 7. Bilangan prima yang biasa
digunakan ketika thawaf (mengelilingi Ka’bah), dan sa’i (lari-lari
kecil) pada ibadah Haji.
Surah An Nuur turun di Medinah,
tahun 627 M, sebelum Perang Parit. Dimasa- masa dimana disinformasi
berupa fitnah kepada Aisyah istri Nabi dilancarkan oleh kubu orang-orang
Munafik yang dipimpin oleh Abdullah bin Ubay, orang yang tidak suka
Nabi - mengguncangkan kubu Muslim. Bagaimanapun juga Ubay merasa
seharusnya menjadi Raja Muda di Medinah. Namun kedatangan dan
popularitas Nabi telah menghambat niatnya ( Sayyid Abul Ala Maududi -
Tafhim al-Qur'an - The Meaning of the Qur'an).
Cahaya diatas cahaya atau
‘nuurun 'alaa nuurin’,
yang direkam pada surah 24 ayat 35, adalah fenomena khusus di Jagad
Raya, ia berhubungan dengan perumpamaan ajaib mengenai Quasi Stellar,
obyek yang sangat terang, belasan miliar tahun cahaya dari Bumi. Surah
Cahaya-pun ditempatkan pada nomor 24, berhubungan dengan karakter
bilangan utama kecepatan cahaya 300 dalam satuan ribu km/detik. Ia juga
dilindungi dengan puluhan struktur kripto 7, untuk menunjukkan keaslian
firman Illahi dan ‘menambah keyakinan bagi orang-orang yang beriman”.
Salam
Arifin Mufti
Bandung, West Java, Indonesia.
Buku dan artikel terkait:
- Pemerintahan Tuhan - Arifin Mufti
- Matematika Alam Semesta - Arifin Mufti
- How The Universe Got It Spots - Janna Levin
- About The Time - Paul Davies
- The Meaning Of The Qur'an - Sayyid Abul Ala Maududi.
- Theory Of Everything - Mohammed Asadi
- Ensiklopedia Medis
- The Cosmic Habitat - Sir Martin Rees.
- Prime Number List - Math Is Fun
- The Whole She Bang - Timothy Ferris