Kamis, 03 Mei 2012

Cahaya diatas Cahaya

Catatan dari Arifin Mufti.

CAHAYA DIATAS CAHAYA.

“ Cahaya (An Nuur) merupakan salah satu judul Surah atau Bab pada Kitab Mulia. Ia memiliki makna ganda, baik metafora sebagai “cahaya pembimbing kepada Tuhan-Nya”, juga bermakna sebagai spektrum cahaya pada fisika. Kalimat khusus - cahaya diatas cahaya - adalah perumpamaan ajaib, yang memberi isyarat akan fenomena Quasi Stellar, obyek yang paling terang di Jagad Raya."

Jum'at, 01 Oktober 2010
22 Syawal, 1431 H

Klasifikasi: Rumit. Versi: Indonesia

Liburan hari Raya Idul Fitri yang baru lalu, saya sempat membaca kembali bukunya Janna Levin seorang penulis wanita muda, astronom, berupa – ‘diary of a finite time in a finite space”. Bukunya sangat inspiratif, terutama gaya penulisaannya. Judul aslinya, “How The Universe Got It Spots”. Karena buku ini, saya teringat fenomena Quasi Stellar yang diisyaratkan dalam Kitab Mulia, pada surah an Nuur, atau jika diterjemahkan menjadi “The Light” atau Cahaya.

Namun , tiba-tiba hard disc komputer PC saya bermasalah, sehingga tertunda penulisannya – padahal data semua ada disana. Baru sekarang dapat diselesaikan, ditulis ulang, setelah diminta sejumlah teman.....:D .

Sebagaimana diketahui, Kitab Mulia terdiri dari 114 bab atau Surah. Judulnya sangat beragam dan ‘aneh’, bagi orang awam. Diantaranya ada Besi atau Ferum (al Hadiid), Araneae Arachnida atau Labah - labah (Al Ankabuut) dan The Light atau spektrum Cahaya (an Nuur). Ia memiliki arti ganda, baik metafora sebagai ‘cahaya yang akan membimbing ke Tuhan-Nya’ maupun cahaya yang diartikan pada disiplin ilmu Fisika modern, dengan kecepatan 300 x (10 pangkat 3) km per detik (About Time – Paul Davies, Penguin Books). Surah ini ditempatkan pada posisi ke-24 dengan jumlah ayat sebanyak 64. Diantara ayat yang menyebutkan cahaya, ada satu ayat yang sangat populer, baik dikalangan sufi maupun fisikawan, yaitu pada ayat ke-35, yang menyebutkan frase “cahaya diatas cahaya’, atau ‘ nuurun 'alaa nuurin”.

Kalimat, “Tuhan membimbing kepada cahaya-Nya, bagi siapa saja yang dikehendaki”, menjadi tema sentral kaum Tasawuf. Intinya, mengapa Tuhan membuat perumpamaan dengan ‘misykat’, pelita dan minyak? Al-Ghazali menyebutkan seperti yang dikutip dari tradisi Islam,” Allah mempunyai tujuh puluh ribu hijab (tirai penutup) cahaya dan kegelapan. Seandainya Ia menyibakkannya, niscaya cahaya-cahaya wajah-Nya akan membakar siapa saja yang memandang-Nya.”

Baik mari kita kembali ke ayat tersebut. Bagaimanapun juga, pembahasannya memerlukan pengetahuan astrofisika.

Lens Quasar “Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus (misykat), yang didalamnya ada pelita besar. Pelita itu didalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan dan tidak pula di sebelah barat (nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walauyun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (an-Nur 24 : 35).

Esensi ayat ini adalah bahwa Tuhan adalah (satu-satunya) pemberi cahaya di alam semesta tanpa sentuhan api. Namun menyangkut perumpamaan, para ahli tafsir klasik menghadapi kesulitan untuk menjelaskan lebih rinci. Dengan beberapa pengecualian mereka akan menjelaskan bahwa ‘misykat’ , atau suatu lubang yang tidak dapat ditembus, adalah lubang di rumah-rumah untuk tempat lampu obor, yang ada di dinding rumah. Sedangkan pohon (zaitun) yang dimaksud adalah pohon (zaitun) yang tumbuh di bukit-bukit, sehingga sinar matahari dapat menyinari, baik pada saat matahari terbit maupun matahari terbenam.

Ahli tafsir modern, seperti Malik Ben Nabi, salah satu cendekiawan Islam dari Prancis abad ke-20, menjelaskan bahwa misykat tersebut adalah lampu bohlam: Pohon yang dimaksud adalah kawat wolfram yang berpijar karena efek listrik tanpa disentuh api, dibungkus gelas kaca, untuk memantulkan seluruh sinarnya ke segala arah sehingga dapat menerangi seluruh ruangan. Lampu bohlam adalah sekat yang tak dapat ditembus, karena hampa udara, tidak ada oksigen di sana. Namun bagaimanapun juga, belum dapat menjelaskan ‘tidak di Timur dan tidak di Barat”. Apa lagi luas lingkupnya juga terbatas, “tidak menggambarkan kekuasaan Tuhan”, Sumber Metafisis Yang Tertinggi di Jagad Raya.

Quasar by HSTDalam studi yang lebih mendalam tentang cahaya di langit oleh para astrofisikawan, misalnya Mohamed Asadi di akhir abad ke-20, dalam bukunya The Grand Unifying Theory of Everything - perumpamaan ajaib (matsal) ayat tersebut lebih mendekati kepada fenomena Quasar dan ‘gravitasi efek lensa’ yang menghasilkan cahaya di atas cahaya. Quasar atau Quasi Stellar adalah objek di langit yang ditemukan pertama kalinya pada tahun 1963. Mereka mewakili objek yang paling terang di Alam Semesta, jauh lebih terang dari cahaya Matahari atau Bintang manapun juga. Para astronom menemukan bahwa objek “seperti bintang’ ini terletak sekitar 13 miliar tahun cahaya dari Bumi. Objek ini tentunya mempunyai energi yang besarnya sangat luar biasa supaya tetap terlihat dari sini. Energi mereka berasal dari “pusat lubang hitam yang sangat masif”. Asadi menjelaskan, Stellar mempunyai energi yang sangat luar biasa besarnya, 10.000 kali energi galaksi Bima Sakti kita.
Karakter pertama dari ayat ini yaitu ‘misykat’ adalah “lubang hitam”, sedangkan karakter kedua yaitu “pelita dalam kaca” adalah galaksi yang menghasilkan efek gravitasi lensa seperti Quasar (pelita) yang terbungkus oleh kaca (gelas). Coba simak keterangan Quasar oleh astronom NASA dalam situsnya. (Pemerintahan Tuhan – Arifin Mufti, 2006).

“Efek gravitasi pada galaksi, quasar yang jauh, serupa dengan efek lensa sebuah gelas minum yang memantulkan sinar lampu jalan yang menciptakan berbagai image (lapisan cahaya di atas cahaya)”

Energi Quasar yang berasal (dicatu) dari lubang hitam, terjadi ketika “bintang-bintang dan gas” dari galaksi terhisap di dalamnya. Karakter lainnya yang disebut “pohon” oleh Kitab Mulia adalah sebutan yang tidak lazim oleh para astronom yang menggambarkan galaksi sebagai “pohon-pohon” yang terdiri dari bintang-bintang. Lihat saja istilah diagram Hertzprung Russel, dalam buku Timothy Ferris, The Whole Shebang, 1997.

Barangkali, karakter lainnya yang menarik dari ayat di atas adalah pernyataan “diterangi tanpa tersentuh oleh api”, suatu fenomena fusi nuklir yang menghasilkan spektrum cahaya yang sangat terang, di mana di ruang angkasa nyaris tidak ada oksigen untuk pembakaran. Bintang-bintang memulai hidupnya dengan unsur kimia yang paling ringan, yakni hidrogen. Gas berkontraksi, karena gravitasi, memanas; atom hidrogen ber tumbukan dan membentuk helium, unsur yang lebih berat, ketika mengeluarkan energinya. Energi inilah yang membuat objek “bintang- bintang” bersinar tanpa “disentuh api’, energi ini juga yang memelihara keseimbangan posisi bintang-bintang di alam semesta. Sepanjang pengetahuan manusia yang ada sekarang, fenomena quasar inilah yang paling tepat untuk meng gambarkan ayat di atas. Terlebih lagi perumpamaan dalam ayat tersebut: “seakan-akan bintang yang bercahaya, berkilauan seperti mutiara”. Dalam beberapa terjemahan, diungkapkan dengan ‘kilauan mutiara. Tetapi fakta aslinya lebih terang dari sinar bintang, dan memang seperti “mutiara” bila kita lihat dari foto-foto NASA yang ada, gemerlapan, sangat menawan. Lebih dari 200.000 Quasar di Jagad Raya yang diketahui, kebanyakan berdasarkan dari Sloan Digital Sky Survey, direkam menggunakan HST – Hubble Space Telescope di ruang angkasa. Mereka terbentuk, diawal-awal lahirnya Alam Semesta. Quasar yang terlihat sangat terang terletak pada arah peta langit 3C 273 dalam konstelasi Gugusan Bintang Virgo.

Nah, sekarang pikirkanlah perkataan Nabi diatas yang berhubungan dengan cahaya, ‘wajah Tuhan’, dan hijab! Gambaran yang pas dan relevan. Di Jagad Raya yang luas ini, jika saja Quasar berada jutaan tahun cahaya dari Bumi, dan bukan belasan miliar, maka tidak ada satu mahluk hiduppun yang mampu bertahan di galaksi kita. Boleh jadi, tidak ada galaksi Bima Sakti, karena terhisap kedalam Lubang Hitam di Pusat Quasi Stellar, dimana bisa dipastikan akan lebih dulu menguap terbakar oleh cahaya yang sangat kuat!

Dibawah ini, adalah terjemahan bebas ayat 35 Surah an-Nuur dari perspektif sains sebagai perumpamaan “cahaya di atas cahaya":

" Tuhan (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Tuhan, adalah seperti sebuah lubang (hitam) yang tak tembus (misykat), yang di dalamnya ada Pelita besar (quasar). Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca (efek gravitasi lensa dari galaksi) itu seakan akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan pohon (galaksi yang dicatu oleh lubang hitam) yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon (galaks- galaksi) yang tumbuh tidak di sebelah timur dan tidak pula di sebelah barat (nya), yang minyaknya (fusi nuklir) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (efek gravitasi lensa), Tuhan membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Tuhan membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia,dan Tuhan Maha Mengetahui segala sesuatu.”


Mengapa Surah Cahaya Ada Pada Posisi Ke-24?

Mengapa susunan Surah ini diletakkan pada ututan ke-24. Padahal kalau melihat kronologis turunnya wahyu, Surah ini termasuk belakangan - lima tahun sebelum Nabi wafat - turun di Medinah tahun 627 M. Tentu saja pertanyaan yang sulit dijawab bagi kebanyakan orang.

Kitab Mulia Kuno Bukan suatu kebetulan bahwa judul Surah atau judul Bab juga memiliki kode tertentu dalam mushaf (susunan) Kitab Mulia. Misalnya saja, Surah Yusuf (Yoseph), ada pada posisi ke-12. Mudah dipahami, karena Yusuf bersaudara jumlahnya ada 12 – anak dari Yakub as (Yakob). Paling bungsu adalah Bunyamin atau Benyamin dalam bahasa Ibrani. Ini juga berhubungan dengan mimpi Yusuf as yang melihat 11 planet sujud (berputar mengelilingi) Bintang . Di kemudian hari, terbukti bahwa Bintang tersebut adalah Yusuf as sebagai Raja Muda di Mesir Kuno, dan 11 saudaranya yang harus taat kepadanya. Ini terjadi pada Dinasti Kerajaan Lama pada sejarah Mesir Kuno.

Human atau al Insaan (manusia modern) ditempatkan pada posisi ke-76 dalam Kitab Mulia. Belakangan kita tahu bahwa manusia normal seperti kita ini memiliki 76 ruas tulang jari kaki dan tangan. Baik kaki dan tangan, terdiri dari 19 ruas tulang jari (kanan atau kiri). Jempol paling sedikit hanya 3 ruas tulang jari, sedangkan jari lainnya, masing-masing 4 ruas tulang. Ruas tulang jari tangan adalah 5 os. Phalanges Manus (ujung depan) dan 14 os. Digiti Phalanges Manus. Jari kakipun demikian, 5 os. Phalanges Pedis (ujung depan) dan 14 os. Digiti Phalanges Pedis (Ensiklopedia Medis) . Dengan demikian masing-masing jumlahnya 19. Bilangan 19 adalah kode utama Kitab Mulia, bilangan prima. Bilangan eksklusif yang tidak dapat dibagi oleh bilangan lainnya, kecuali oleh angka satu dan angka itu sendiri.

Aneh! Tapi bukan kebetulan.

Lalu apa hubungan Cahaya dengan Surah nomor 24?

Angka 24 sendiri tidak ada makna apa-apa kecuali angka genap, angka biasa. Tetapi, sebagaimana dilaporkan oleh kelompok Studi The Cordoba Centre, bulan lalu. Angka 24 tersebut akan bermakna jika dijumlahkan dari nomor surah 1 hingga nomor surah 24, atau: 1+2+3+4+5+........+21+22+23+24= 300. Dan, bilangan 300 adalah angka populer yang menunjukkan karakter kecepatan cahaya dalam satuan ribu km/detik, atau 300 x (10 pangkat 3) km per detik – yang biasa diajarkan pada tingkat sekolah menengah atas di Indonesia dan perguruan tinggi sains!

Kripto 7.

Dapat dibaca Notes saya yang lama-lama - Kitab Mulia pada umumnya menggunakan kripto, berpasangan (pairs), 19, 11 dan 7. Ada surah dan ayat yang menggunakan bilangan prima 13, tetapi sedikit - misalnya surah ke-13, Ar Ra'du atau Guruh.

Berbeda dengan surah an Nuur, ia dilindungi selain dengan bilangan prima 19, juga dengan bilangan prima 7. Puluhan struktur, menunjukkan kripto 7. Misalnya saja, yang sederhana:
  1. Ayat 35 yang mencatat ‘cahaya diatas cahaya’, terdiri dari 49 kata Arab, atau pasangan 7 x7 dan 196 abjad Arab, atau empat pasangan 7, 4 x 7x7 . Kata ‘an Nuur” dalam bahasa Arab juga disebut 7 kali dalam surah tersebut!! Lima kali di (Qs, 24:35) dan dua kali di (Qs, 24:40).
  2. Kombinasi nomor Surah (24), jumlah ayat (64) dan nomor ayatnya (35) adalah kripto 7. Perhatikan: 24 64 35, atau 2 4 6 4 3 5 = 7 x 352505!
  3. Kombinasi posisi jumlah Surah Kitab Mulia (114) dengan posisi surahnya, The Light (24), juga kripto 7. Perhatikan: 1 1 4 2 4 atau 7 x 1632.
Struktur yang lebih sukar, misalnya saja posisi ayat 35 dalam Surah an Nuur, merupakan ayat yang ke – 2734. Mudah dihitung dari mulai surah pertama Al Fatihaah/Pembuka 7 ayat, surah berikutnya Al Baqarah/Sapi Betina 286 ayat, dan seterusnya hingga surah an Nuur/Cahaya ayat ke 35. Dijumlahkan, akan didapat 2734 ayat. Kita tahu jumlah ayat Kitab Mulia seluruhnya 6236 ayat. Sekarang perhatikan kriptonya, dimulai dari jumlah ayat seluruhnya: 6 2 3 6 2 7 3 4. Bilangan ini merapakan bilangan kelipatan 7, atau 6 2 3 6 2 7 3 4 adalah 7 x 8 9 0 8 9 6 2.

Sangat luar biasa bilangan tersebut, karena bolak-balik merupakan kripto 7. Perhatikan, kita akan baca dari kanan kekiri: 4 3 7 2 6 3 2 6, atau 7 x 6 2 4 66 1 8.

Sekarang teman-teman dapat membayangkan kerumitan susunannya. Mulai dari jumlah kata, jumlah abjad, jumlah pengulangan kata an Nuur, posisi surah dan ayat, hingga jumlah ayat – semua menggunakan kripto atau kode 7. Bilangan prima yang biasa digunakan ketika thawaf (mengelilingi Ka’bah), dan sa’i (lari-lari kecil) pada ibadah Haji.

Surah An Nuur turun di Medinah, tahun 627 M, sebelum Perang Parit. Dimasa- masa dimana disinformasi berupa fitnah kepada Aisyah istri Nabi dilancarkan oleh kubu orang-orang Munafik yang dipimpin oleh Abdullah bin Ubay, orang yang tidak suka Nabi - mengguncangkan kubu Muslim. Bagaimanapun juga Ubay merasa seharusnya menjadi Raja Muda di Medinah. Namun kedatangan dan popularitas Nabi telah menghambat niatnya ( Sayyid Abul Ala Maududi - Tafhim al-Qur'an - The Meaning of the Qur'an).

Cahaya diatas cahaya atau ‘nuurun 'alaa nuurin’, yang direkam pada surah 24 ayat 35, adalah fenomena khusus di Jagad Raya, ia berhubungan dengan perumpamaan ajaib mengenai Quasi Stellar, obyek yang sangat terang, belasan miliar tahun cahaya dari Bumi. Surah Cahaya-pun ditempatkan pada nomor 24, berhubungan dengan karakter bilangan utama kecepatan cahaya 300 dalam satuan ribu km/detik. Ia juga dilindungi dengan puluhan struktur kripto 7, untuk menunjukkan keaslian firman Illahi dan ‘menambah keyakinan bagi orang-orang yang beriman”.

Salam
Arifin Mufti
Bandung, West Java, Indonesia.

Buku dan artikel terkait:
  1. Pemerintahan Tuhan - Arifin Mufti
  2. Matematika Alam Semesta - Arifin Mufti
  3. How The Universe Got It Spots - Janna Levin
  4. About The Time - Paul Davies
  5. The Meaning Of The Qur'an - Sayyid Abul Ala Maududi.
  6. Theory Of Everything - Mohammed Asadi
  7. Ensiklopedia Medis
  8. The Cosmic Habitat - Sir Martin Rees.
  9. Prime Number List - Math Is Fun
  10. The Whole She Bang - Timothy Ferris

Tidak ada komentar:

Posting Komentar