Kisah Rosulullah SAW dan seorang pengemis Yahudi Buta.
“Hari ini aku mau cerita yang mana
cerita itu sudah pada makfum paham bahkan sudah ada yang hafal, yaitu cerita
tentang : Seorang Pengemis Yahudi Buta.”
Kata Abah Kyai setelah duduk.
Baiklah aku mulai :
......... seorang
pengemis Yahudi buta di pojok pasar Madinah yang selalu menjelek-jelekkan
Rasulullah Saw. Setelah Rasulllah Saw meninggal dunia, Abu Bakar ash-Shiddiq
mengunjungi Aisyah, anaknya yang juga isteri Rasulullah Saw. Sesampainya di
rumah Aisyah, Abu Bakar bertanya kepada anaknya apa sunnah Rasulullah yang
belum dikerjakan olehnya. Aisyah menjawab bahwa Rasulullah Saw setiap memberi
makan pengemis Yahudi buta di pasar Madinah.
Abu Bakar pun bergegas menuju pasar Madinah menemui orang Yahudi tersebut yang tak henti-hentinya menjelek-jelekkan Rasulullah Saw. Namun, karena ingin mengikuti sunnah Rasulullah Saw, Abu Bakar tetap memberi makan Yahudi buta tersebut dengan cara menyuapinya. Namun alangkah kaget Abu Bakar karena saat menyuapi Yahudi tersebut berkata, “Siapa kamu? Orang yang biasa menyuapiku makan tiap hari terlebih dahulu melembutkan makanan sehingga mulutku tidak perlu mengunyah makanan”.
Kemudian Abu Bakar berkata kepada pengemis Yahudi buta itu bahwa orang yang biasa memberinya makan tiap hari telah tiada. Abu Bakar juga mengatakan bahwa orang yang biasa memberinya makan tiap hari adalah Rasulullah Saw. Betapa terkejut Yahudinya tersebut mengetahui bahwa orang yang menyuapinya adalah Rasulullah Saw; orang yang setiap hari dijelek-jelekkannya. Akhirnya pengemis Yahudi buta itu masuk Islam.
Abu Bakar pun bergegas menuju pasar Madinah menemui orang Yahudi tersebut yang tak henti-hentinya menjelek-jelekkan Rasulullah Saw. Namun, karena ingin mengikuti sunnah Rasulullah Saw, Abu Bakar tetap memberi makan Yahudi buta tersebut dengan cara menyuapinya. Namun alangkah kaget Abu Bakar karena saat menyuapi Yahudi tersebut berkata, “Siapa kamu? Orang yang biasa menyuapiku makan tiap hari terlebih dahulu melembutkan makanan sehingga mulutku tidak perlu mengunyah makanan”.
Kemudian Abu Bakar berkata kepada pengemis Yahudi buta itu bahwa orang yang biasa memberinya makan tiap hari telah tiada. Abu Bakar juga mengatakan bahwa orang yang biasa memberinya makan tiap hari adalah Rasulullah Saw. Betapa terkejut Yahudinya tersebut mengetahui bahwa orang yang menyuapinya adalah Rasulullah Saw; orang yang setiap hari dijelek-jelekkannya. Akhirnya pengemis Yahudi buta itu masuk Islam.
Santri-santriku, cerita itu sudah
sering kita dengar atau bahkan sering kita baca, namun sampai saat ini hanya
sedikit yang dapat mengambil pelajaran,
padahal cerita tersebut sangat sarat akan suri tauladan.
Perhatikan,
Seorang pengemis, bukan penguasa, Yahudi
bukan hanya muslim, di pojok pasar bukan di hotel berbintang ataupun rumah
mewah, tak luput dari perhatian Nabi SAW, begitu perhatiannya beliau pada
manusia. Ini memberikan pelajaran pada kita untuk menyayangi manusia tanpa
melihat siapa?, bagaimana?, dimana?, Kenapa? Dan berbagai pertanyaan lain, saya justru melihat beliau memandang dari sisi
manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT, dengan menghargai ciptaannya, sebisa
mungkin kita menghargai Sang Pencipta. Subhanallah.
Setiap pagi, menyuapi si Pengemis,
dengan melumatkannya dulu makanan sehingga lebih mudah dicerna, betapa mulia
dan luhur kepribadian Rosulullah SAW, disini pelajaran yang dapat kita ambil
adalah dalam membantu seseorang harus tuntas, sampai hal-hal yang terkecilpun
harus kita lakukan, dan dilakukan disaat yang tepat, hal ini digambarkan dengan
waktu yang dilakukan pagi hari, dimana tubuh membutuhkan asupan makanan, untuk
melakukan aktivitas. MasyaAllah..!
Pencaci, ya..! si Pengemis tersebut adalah seorang Yahudi yang sering mencaci
maki, menjelek-jelekan, menghina, mengumpat beliau Rosulullah SAW. Dan itu
dilakukan setiap hari di pojok pasar di tempat berkumpulnya orang.
“Aku yang begini, tak bisa
membayangkan apalagi meniru persis Beliau SAW, lihat santri macem-macem
langsung saja, hatiku sudah mangkel, kalo perlu tak sidang.” Abah mengalihkan
alur cerita dengan membandingkan.
Apalagi sambil nyuapin di hina
dihadapan orang banyak tiap pagi. Tingkat kesabaran, ketabahan yang luar biasa. Sulit dicari dijaman sekarang
ini, lha terus bagaimana dengan kita sekarang ini?
Santriku,
Dari cerita diatas penggalan yang
manakah yang sudah kita jadikan panutan? Yang sudah kita terapkan dalam hidup
sehari-hari. Sudahkah kita menghormati segala ciptaan Allah apapun bentuknya? Apapun
namanya?
Santriku,
Sudahkah engkau mempermudah perkara
orang sesuai dengan porsinya, hari ini? Sampai sedetil-detilnya?
Santriku,
Sudahkah engkau menahan marahmu
ketika dicaci maki orang?
Kalau engkau memang mengakui bahwa
beliau SAW, merupakan sumber inspirasi , tempat “USWATUN KHASANAH” sudah
selayaknya perilaku beliau ini engkau terapkan dalam kehidupan sehari-hari
sedikit demi sedikit, asal istiqomah.
"Pahaaam......!"
“Pahaaaaam, abaaah.....” bagaikan
koor para santri menyaut.
“Ya sudah sekarang nDarusnya
teruskan.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar